Asta Cita, visi besar yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming, merupakan program strategis untuk memajukan Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan beradab. Dengan delapan pokok program, seperti penguatan ideologi Pancasila, swasembada pangan, kemandirian ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), hingga penguatan tata kelola pemerintahan, Asta Cita bertujuan menciptakan negara yang adil, makmur, dan harmonis.
Dalam mewujudkan visi ini, perguruan tinggi memiliki peran strategis. Sebagai institusi pendidikan, perguruan tinggi tidak hanya bertugas mencetak generasi yang cerdas dan terdidik, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan perubahan besar bagi masyarakat dan negara. Melalui pengintegrasian nilai-nilai Asta Cita ke dalam kurikulum, penelitian inovatif, serta program pengabdian masyarakat, perguruan tinggi dapat menjadi motor penggerak utama dalam mencapai tujuan mulia tersebut.
Langkah awal yang dapat diambil adalah mengintegrasikan nilai-nilai Asta Cita ke dalam kurikulum perguruan tinggi, khususnya pada mata kuliah seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, dan kewirausahaan. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam membangun bangsa.
Sejalan dengan teori Edgar Schein (dalam Greaves dan Sorenson, 1999), perguruan tinggi harus mampu membaca dinamika sosial, mengakses informasi yang relevan, dan beradaptasi agar kualitas pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Perguruan tinggi dapat memainkan peran penting melalui penelitian inovatif di bidang teknologi pertanian berbasis Internet of Things (IoT), energi terbarukan, dan pengembangan ekonomi kreatif. Penelitian ini dapat memberikan solusi nyata bagi ketahanan pangan dan kemandirian energi, dua elemen kunci dalam Asta Cita.
Sebagai contoh, teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi pangan atau inisiatif ekonomi hijau yang berkelanjutan dapat memperkuat upaya pemerintah dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan.
Perguruan tinggi juga dapat memberdayakan masyarakat desa melalui program pengabdian masyarakat. Program seperti transfer teknologi, pelatihan kewirausahaan, dan pengembangan potensi lokal dapat menciptakan pemerataan ekonomi sekaligus mengurangi tingkat kemiskinan di daerah.
Selain itu, perguruan tinggi dapat memperkuat kapasitas SDM dengan membuka akses beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dari kalangan kurang mampu serta menyelenggarakan pelatihan berbasis keterampilan yang mendukung pengembangan industri kreatif dan kewirausahaan.
Dalam mendukung reformasi birokrasi, perguruan tinggi dapat menjadi pelopor program edukasi antikorupsi. Edukasi ini dapat dimulai dari kampus hingga melibatkan masyarakat luas. Dengan menanamkan nilai integritas dan transparansi sejak dini, perguruan tinggi mampu mencetak generasi muda yang berkomitmen pada tata kelola pemerintahan yang bersih dan efisien.
Kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi, pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sangat diperlukan. Program penghijauan, pelestarian budaya lokal, serta harmoni antarumat beragama dapat mendukung pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu tujuan utama Asta Cita.
Perguruan tinggi harus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi Asta Cita di berbagai sektor. Hasil riset dan evaluasi ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk meningkatkan efektivitas kebijakan serta memastikan program yang dijalankan tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan penguatan internal, tata kelola yang baik, dan implementasi tridarma perguruan tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—perguruan tinggi dapat memaksimalkan perannya dalam mendukung pencapaian Asta Cita. Tridarma perguruan tinggi yang berkualitas menjadi kunci keberhasilan program ini.
Semoga perguruan tinggi di Indonesia terus berkontribusi maksimal bagi kemajuan bangsa dan tercapainya visi besar yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.